Refleksi Day 2 - Eva
Menurut CM pelatihan kebiasaan bukan didasarkan pada rasa suka atau tidak suka, melainkan pada apa yang benar atau tidak benar untuk dilakukan. Hal ini berarti jika anak tidak suka melakukan sesuatu tetapi jika itu sesuatu yang benar, maka orangtua patut menyuruhnya untuk melakukannya, meskipun anak tidak suka.
CM juga berkata bahwa orangtua dan anak tidaklah setara kedudukannya. Orangtua memiliki otoritas yang lebih tinggi atas anak, dan anak seharusnya tunduk pada otoritas itu. Tetapi dalam pelaksanaannya orangtua tidak boleh otoriter atau bertindak sewenang2, karena orangtua sendiri hanyalah perwakilan dari Tuhan dan masyarakat, dimana orangtua sendiri harus tunduk pada hukum2 yang berlaku. Tugas orangtua adalah mendidik anak supaya anak taat pada kewajibannya (pada hati nurani / kebenaran, pada hukum, dan pada Petunjuk Ilahi).
Saya sendiri setuju dengan pandangan CM. Sebagai orangtua, kita memang memiliki otoritas terhadap anak. Kita harus yakin bahwa anak harus taat kepada orangtuanya, dan menyuruhnya melakukan hal yang benar meskipun dia tidak suka. Tetapi memang kendalanya adalah bagaimana membuat anak taat dengan cara yang baik. Anak-anakku tidak bisa kukatakan 100% taat pada ucapanku, ada kalanya mereka menunda2 ketika disuruh melakukan sesuatu, terutama untuk anakku yang kedua. Apalagi ketika aku tidak bisa “mengiringi” dia dalam melakukan hal tersebut, dia seperti menunggu sampai aku menemaninya melakukan perintah yang diberikan, baru dia mau “bergerak”.
Komentar
Posting Komentar