Langsung ke konten utama

Refleksi day 1. (Rh)

 Refleksi D1-Rohma:

Aku terpantik oleh kalimat bahwa tugas kita adalah membuat anak menjadi tuan atas dirinya sendiri. Walaupun bukan tugas yang mustahil, tapi itu sesungguhnya tugas yang sangat berat. Sangat berat karena menyadari bahwa aku sebagai seorang ibu sebenarnya belum mampu untuk menjadi tuan atas diriku sendiri. Aku masih sering mengikuti hawa nafsu dan rasa malas, masih sering terbawa arus dan kebiasaan buruk masa lalu.

Aku setuju bahwa untuk melatihkan habit pada anak, pertama-tama aku perlu mendisiplinkan diri terlebih dahulu. Berani melepas pola asuh masa lalu dan tidak melanjutkannya pada anak, adalah hal yang pertama-tama harus kulakukan. Kemudian aku harus belajar cara-cara berkomunikasi dengan anak dan mengasuhnya dengan penuh kasih sayang namun tegas. Lalu aku harus memiliki ketekunan. 

Ini sangat susah. Ketekunan melatihkan kebiasaan baik pada anak, oleh orang tua yang sama sekali tidak tekun, adalah hal yang benar-benar sulit. Berkali-kali aku berhenti melatihkannya,berkali-kali juga aku menggampangkan kewajiban tersebut. 

Dengan mengikuti kelas ini lagi, aku berharap bisa kembali merefress tujuan utamaku dalam pendidikan anak. Dan aku berharap bisa menjadi orang tua yang lebih baik lagi dalam mendampinginya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Day 1 (Vit)

 Refleksi day 1 - Vitri  Seberapa setuju kita akan pentingnya Habit Training? Sangat setuju..saya sudah mencoba banyak cara untuk anak bisa melakukan hal yg perlu dia lakukan pada waktunya. Dengan reward and punishment sudah sering, dengan motivasi agama dan penjelasan panjang kepada anak2 kenapa harus dilakukan juga sudah berkali-kali.  Tapi sampai sekarang belum melihat hasil yang berarti. Dengan habit training ini sangat berharap bisa mendapatkan hasil yang berarti baik untuk anak dan juga orangtuanya. Karena sambil mengajarkan disiplin untuk anak tentunya orangtuanya juga harus bisa disiplin

Refleksi day 2 (Ny)

 Yunita Nyit Refleksi Day 2: Materi hari ke-2 ini mengingatkan saya bahwa posisi orang tua dan anak tidak sejajar, terutama untuk hal-hal yang prinsip. Saya terbiasa bernegosiasi dengan anak, dimana akhirnya tanpa disadari saya menjadi tidak punya kendali atas keputusan-keputusan yang seharusnya menjadi area otoritas orang tua.  Saya terbiasa dengan “pandangan umum” bahwa anak juga memiliki kehendak yang harus didengarkan tetapi dari materi hari ini saya belajar bahwa sesungguhnya anak belum matang untuk mengendalikan keinginan dirinya, belum dapat menaklukkan dirinya untuk mengutamakan kewajiban, anak belum terlatih menjadi tuan atas dirinya sendiri, sehingga tidak mungkin jika menganggap bahwa orang tua dan anak adalah sejajar. a. Menurut Charlotte Mason, bolehkah orangtua menyuruh anak melakukan yang anak tidak suka lakukan? Mengapa? Menurut CM, anak belum punya kekuatan untuk mengendalikan kekuatan kehendaknya, karena masih belum matang. Anak belum mampu menyuruh dirinya sendiri me

Refleksi day 2 (Sie)

 Reflesi #2 - Sienny a. Menurut Charlotte Mason, bolehkah orangtua menyuruh anak melakukan yang anak tidak suka lakukan? Mengapa? Boleh. Pertama orang tua memiliki otoritas dari Tuhan untuk menjadi perwakilan buat anak. Kedua, orang tua mempunyai pengetahuan dan moral yang lebih baik dari anak dan mengasihi anak2nya, ingin anak2nya menjadi baik. Misal, makan sayur. Kalo boleh diberikan pillihan, anak pasti memilih tidak makan sayur, tapi orang tua tahu bahwa sayur bagus dan penting buat Kesehatan anak karena itu anak diminta untuk makan sayur. b. Menurut Charlotte Mason, apakah orangtua dan anak itu setara? Mengapa? Tidak. Orang tua diberi otoritas oleh Tuhan untuk menjadi perwakilan Tuhan buat anak-anak.   c. Apakah kamu setuju dengan sikap Charlotte Mason di atas? Mengapa? Setuju. Karena alternatif lainnya terlihat lebih mengerikan Aku membayangkan jika manusia ini seperti binatang (ulat/laba2,dll) yang ditinggalkan oleh induknya begitu lahir, apa jadinya dunia ini. Padahal kita dibe